Sebagian besar orang pasti tahu siapa saja negara yang maju dan makmur di dunia. Misal Jepang, Belanda, Korea Selatan, Norwegia, ataupun Singapura. Tapi begitu mendengar negara Liechtenstein, semua orang pasti akan menggelengkan kepala atau menjawab "Liechtenstein? Negara mana tuh". Kali ini 88 Media akan membahas salah satu negara yang sangat maju tetapi jarang diketahui oleh orang.
Sejarah
Kepangeranan Liechtenstein adalah sebuah negara kepangeranan seluas kurang lebih 160 kilometer persegi, hanya lebih luas dari Jakarta Selatan yang memiliki luas 145,73 kilometer persegi. Liechtenstein adalah negara yang terkurung daratan. Terletak di tepi timur Sungai Rhein di antara negara Austria dan Swiss, segala urusan luar negeri negara berbahasa Jerman ini diurus oleh Swiss. Liechtenstein terkenal pula dengan jasa perbankan dan mengandalkan pendapatan dari sektor pariwisata, terutama penjualan prangko. Penduduk negara Liechtenstein yang berbahasa Jerman ini berjumlah hanya sekitar 36.000 orang saja.
Perjalanan sejarah Liechtenstein sebagai negara juga cukup menarik. Pada abad ke-17 keluarga Liechtenstein membeli ‘tanah perdikan’ Schellenberg dan Vaduz. Secara lokasi, dua tanah perdikan ini sebenarnya terpencil. Jauh dari kota Wina, tempat keluarga bangsawan tersebut bermukim. Meski terpencil, dua wilayah tersebut memiliki status perdikan alias wilayah bebas. Kepemilikan atas wilayah bebas ini menaikkan derajat keluarga Liechtenstein. Tadinya hanya menyandang gelar bangsawan tanpa wilayah kekuasan, sekarang keluarga Liechtenstein berdiri sejajar dengan raja-raja dan pangeran-pangeran Eropa abad pertengahan yang memiliki wilayah kekuasaan. Pada tanggal 23 Januri 1719, dua wilayah tersebut secara resmi ditetapkan sebagai Principality atau Kepangeranan Liechtenstein, mengikuti nama keluarga yang punya tanah. Uniknya, selama hampir seratus tahun setelah dibeli tidak pernah ada pangeran dari keluarga Liechtenstein yang mengunjungi negara ini. Liechtenstein hanya menjadi pendongkrak status dan dibiarkan begitu saja. Pada tahun 1818, Prince Aloys menjadi pangeran pertama dari keluarga Liechtenstein yang berkunjung ke ‘negara yang dipimpinnya.’ Penguasa Liechtenstein baru berdiam secara permanen di Vaduz setelah runtuhnya Kekaisaran Austria-Hungaria pasca Perang Dunia Pertama. Sejak itu Liechtenstein mulai berkembang.
Perjalanan sejarah Liechtenstein sebagai negara juga cukup menarik. Pada abad ke-17 keluarga Liechtenstein membeli ‘tanah perdikan’ Schellenberg dan Vaduz. Secara lokasi, dua tanah perdikan ini sebenarnya terpencil. Jauh dari kota Wina, tempat keluarga bangsawan tersebut bermukim. Meski terpencil, dua wilayah tersebut memiliki status perdikan alias wilayah bebas. Kepemilikan atas wilayah bebas ini menaikkan derajat keluarga Liechtenstein. Tadinya hanya menyandang gelar bangsawan tanpa wilayah kekuasan, sekarang keluarga Liechtenstein berdiri sejajar dengan raja-raja dan pangeran-pangeran Eropa abad pertengahan yang memiliki wilayah kekuasaan. Pada tanggal 23 Januri 1719, dua wilayah tersebut secara resmi ditetapkan sebagai Principality atau Kepangeranan Liechtenstein, mengikuti nama keluarga yang punya tanah. Uniknya, selama hampir seratus tahun setelah dibeli tidak pernah ada pangeran dari keluarga Liechtenstein yang mengunjungi negara ini. Liechtenstein hanya menjadi pendongkrak status dan dibiarkan begitu saja. Pada tahun 1818, Prince Aloys menjadi pangeran pertama dari keluarga Liechtenstein yang berkunjung ke ‘negara yang dipimpinnya.’ Penguasa Liechtenstein baru berdiam secara permanen di Vaduz setelah runtuhnya Kekaisaran Austria-Hungaria pasca Perang Dunia Pertama. Sejak itu Liechtenstein mulai berkembang.
Menjadi Negara Terkaya
Meski kecil tapi Liechtenstein menjadi negara terkaya sekaligus termakmur nomor satu di dunia saat ini. Negara dengan ibu kota Vaduz itu memiliki penduduk sekitar 36.000 jiwa dengan pendapatan per kapita $ 143.000/tahun. Jika di-kurs-kan dengan mata uang rupiah saat ini Rp 13.000 per 1 dolar Amerika, maka pendapatan tiap-tiap penduduk negara Liechtenstein sekitar Rp 2 milliar per orang/tahun atau Rp 166 juta rupiah per bulan. Angka ini mengalahkan Qatar sebagai negara yang pernah menempati urutan pertama. Sejak tahun 1950, Liechtenstein sudah mengubah imej ekonomi negeri mereka. Dari negara yang dikenal akan sektor peternakan kini menjadi salah satu negara yang kuat di sektor industri modern.
Pengekspor Gigi Palsu Dunia
Banyak hasil produksi negara mungil ini yang diekspor keluar negri. Seperti contohnya keramik, kulit sosis dan gigi palsu. Gigi palsu merupakan hasil produksi yang paling besar di negara ini dan membuat negara ini menjadi sangat kaya. Sebuah perusahaan bernama Vivadent AG adalah sebuah perusahaan di Liechtenstein yang memproduksi beragam bahan pengobatan gigi dan juga gigi palsu. Hal ini yang membuat negara ini menjadi sebuah negara pengekspor gigi palsu terbesar didunia.
Tidak Punya Hutang Dengan Negara Lain
Liechtenstein termasuk ke salah satu negara yang tidak punya hutang. Industri-industri seperti tekstil, produk baja, kalkulator, obat-obatan, perangkat elektronika dan alat pengeboran adalah industri-industri yang menjadi pendapatan utama negara ini.
Perekonomian negara ini pun tercatat surplus besar, karena nilai ekspornya negara ini lebih tinggi dibanding nilai impor nya. Perekonomian di Liechtenstein pun tercatat, telah mengeskpor senilai 2,83 miliar dollar sedangkan mengimpor hanya 1,77 miliar dollar.
Perekonomian negara ini pun tercatat surplus besar, karena nilai ekspornya negara ini lebih tinggi dibanding nilai impor nya. Perekonomian di Liechtenstein pun tercatat, telah mengeskpor senilai 2,83 miliar dollar sedangkan mengimpor hanya 1,77 miliar dollar.
Tidak Ada Pengangguran
Karena tidak ada pajak yang memberatkan, rakyat dinegara ini juga sangat tentram. Mereka semua benar-benar merdeka, karena tidak ada yang namanya pengangguran, masyarakatnya juga tidak ada yang berambisi terhadap politik. Pangeran yang memimpin negara mungil ini juga rela memberikan subsidi kepada semua kebutuhan vital dan fasilitas publik. Ekonominya yang kuat jugalah yang membuat negara ini memiliki tingkat pengangguran terendah kedua di dunia.
Negara Yang Aman Dan Sepi Penjahat
Tak hanya indah dan makmur, Liechtenstein juga aman luar biasa. Tak seperti Indonesia yang nggak pernah sepi dari pemberitaan soal kriminal, negara satu ini tidak dijumpai hal yang seperti itu. Serius, kejahatan di sini adalah hal yang sangat jarang terjadi. Menurut data yang ada, kasus kriminal berat terakhir terjadi pada tahun 1997 lalu berupa pembunuhan. Setelah itu sampai hari ini tak pernah lagi dijumpai kasus serupa. Makanya, penjara di sanapun sepi sekali. Polisi juga seolah kehilangan aktivitasnya karena tak ada penjahat yang harus diurusi.
Tidak Memiliki Kekuatan Militer
Karena pengangguran sangat sedikit disini, masyarakat di negara Liechtenstein nyaris tidak ada yang menjadi penjahat. Tindakan kriminal hampir tidak terdengar disini. Semua masyarakat pun makmur dan dapat hidup dengan aman dan tentram. Hal ini jugalah yang menyebabkan negara ini tidak memiliki kekuatan militer. Selain karena itu, negara ini tidak mempunyai kekuatan militer karena masalah keuangan akibat krisis moneter yang terjadi pada tahun 1868. Karena mengalami krisis moneter itu, pemerintah menghapus sistem pertahanan militernya. Sampai sekarang, pertahanan militer dari negara Swiss yang selalu membela Liechtenstein apabila diserang oleh negara lain.
Tidak Memiliki Bandara
Negara yang hampir tidak terlihat di peta ini, merupakan sebuah negara yang terkurung oleh daratan. Hal itu membuat negara Liechtenstein yang berbatasan langsung dengan Swiss di sebelah barat dan Austria di sebelah timur ini tidak memiliki bandar udara. Liechtenstein hanya memiliki akses ke heliport yang terletak di kota Balzers. Bandara terdekatnya hanya ada di Swiss (St Gallen-Altenrhein Airport) dan Jerman (Friedrichshafen Airport). Jadi kalau mau ke negara-negara lain, masyarakat Liechtenstein harus memilih di antara kedua bandara ini.
Mempunyai Tol Khusus Hewan
Turis juga suka melihat peternakan. Di lembah Pegunungan Alpen di sisi Sungai Rhine, bentangan padang rumput menjadi lahan penggembalaan yang istimewa. Pada musim panas, para peternak akan menggiring ternaknya ke lereng Pegunungan Alpen. Pada musim gugur ternak itu akan merumput di lembah yang indah itu. Untuk mendukung jalur penggembalaan ternak ini, pemerintah membangun sebuah terowongan di bawah ruas jalan utama. Terowongan berbiaya mahal ini memang khusus dibangun, agar ternak sapi atau domba bisa bebas bergerak dalam jalurnya tanpa terganggu atau mengganggu arus transportasi. Ini mungkin satu-satunya “jalan tol” di dunia yang dibangun khusus untuk ternak. Kenikmatan yang dibangun buat ternak ini mungkin berhubungan dengan kualitas daging dan susu produksi Liechtenstein yang terkenal sangat prima.
Dari Berbagai Sumber
Jadi pengen berkunjung kesini.
ReplyDelete