Persaingan e-commerce semakin sengit. Banyak pemain baru yang datang bertaruh peruntungan untuk memperebutan ratusan triliun uang yang berputar di bisnis yang berbasis internet ini.
Namun, tak sedikit pemain lama yang tumbang. Tahun 2017 ini, sejumlah nama besar dengan modal jumbo yang siap meramaikan pasar e-commerce tanah air. Sebutlah misalnya Agung Podomoro Land, Salim Group dan CT Corp.
Namun, tak sedikit pemain lama yang tumbang. Tahun 2017 ini, sejumlah nama besar dengan modal jumbo yang siap meramaikan pasar e-commerce tanah air. Sebutlah misalnya Agung Podomoro Land, Salim Group dan CT Corp.
Menteri Perindustrian bilang, nilai uang yang berputar di bisnis ecommerce ini mencapai Rp 240 triliun. Sangat menggiurkan
Sejak akhir tahun 2016 yang lalu, raksasa properti yang juga mengelola lusinan mall dan trade mall ini sudah mendeklarasikan masuk ke bisnis ecomemrce.
Ecommerce milik Podomoro, nantinya mengintegrasikan online dan offline. Jadi Anda belanja secara online, api bisa mengambil belanjaan secara offline di jaringan tenant milik UKM yang bernaung di bawah trade mall Podomoro.
Ecommerce milik Podomoro, nantinya mengintegrasikan online dan offline. Jadi Anda belanja secara online, api bisa mengambil belanjaan secara offline di jaringan tenant milik UKM yang bernaung di bawah trade mall Podomoro.
Kenal dengan Indomaret, Indofood, Indocement? Mereka adalah anak-anak perusahaan Salim Group. Rencananya, dalam bisnis ecommerce Salim Group akan bekerjasama dengan Lotte, jaringan supermarket raksasa dari Korea Selatan
Chairul Tanjung, pemilik Carrefour, Trans TV, Trans 7, Detik.com, CNN Indonesia dan sejumlah proyek properti di bawah payung CT Corp. Dalam salah satu pernyataannya, Chairul Tanjung bilang jika membangun ecommerce, maka harus langsung juara. Jika tidak juara, mending tidak usah!
Kimia Farma, punya ribuan apotek, klinik dan laboratorium. Juga merupakan BUMN ternama. Ecommerce Kimia Farma memang tidak memiliki banyak kompetitor, karena fokus pada produk farmasi.
Raksasa ritel dunia. Dalam mengirim barang menggunakan drone yang pastinya lebih cepat dan praktis ketimbang pakai Go-Jek. Perusahaan bernilai 247,6 milair dolar ini kabarnya juga akan masuk ke Indonesia. Di Singapura, Amazon sendiri sudah mulai menyiapkan langka-langkah operasional perusahaannya. Setelah Singapura, Amazon mungkin saja akan bergeser ke Indonesia. Ini alarm bagi ecommerce lokal.
Tapi satu hal yang harus diingat, bukan size modal finansial perusahaan yang menjamin eksistensi di bisnis ecommerce. Buktinya, sejumlah ecommerce raksasa berjejaring global, akhirnya menyerah dan angkat kaki juga dari Indonesia.
Rakuten, raksasa ecommerce asal Jepang sudah resmi mengibarkan bendera putih
Ada pula Food Panda, jasa pemesanan makanan berbasis aplikasi ini kalah bersaing dengan Go Food punya Go Jek
Demikian pula dengan Ensogo, platform daily deals yang berpusat di Australia ini juga sudah angkat kaki dan putus hubungan dengan mitra lokalnya.
Apa yang kita bisa petik dari mekarnya ecommerce baru dari rahim korporat raksasa dan di saat yang bersamaan sejumlah ecomemrce juga menemui ajal, harus berguguran?
Bahwa dalam bisnis ini, modal jumbo hanya satu hal. Ada hal lain yang bisa menjaga eksistensi ecomemrce, yaitu keunikan produk.
Lihatlah ecomemrce yang khusus jualan hijab, pakaian bayi atau produk-produk tertentu. Mereka tetap eksis dengan market yang loyal karena ecommerce tersebut terus captive market, celah kecil yang tak mungkin bisa dimasuki raksasa.
Bahwa dalam bisnis ini, modal jumbo hanya satu hal. Ada hal lain yang bisa menjaga eksistensi ecomemrce, yaitu keunikan produk.
Lihatlah ecomemrce yang khusus jualan hijab, pakaian bayi atau produk-produk tertentu. Mereka tetap eksis dengan market yang loyal karena ecommerce tersebut terus captive market, celah kecil yang tak mungkin bisa dimasuki raksasa.
No comments:
Post a Comment